Parameter Pemotongan Mesin Bubut, Proses Pembubutan Poros dan Teknik Penjepitan Benda Kerja
A. Parameter Pemotongan Mesin Bubut
Mesin bubut dalam proses
produksi/menyayat benda kerja melalui benda kerja berputar dan pahat bergerak
mendatar. Untuk lebih efiesiennya mesin bubut tersebut dalam proses produksi,
maka selama proses pengerjaan, putaran mesin dan kecepatan laju penyayatan (Feeding) harus dipertimbangkan. Dalam
pengambilan putaran mesin dan kecepatan laju penyayatan (feeding) harus dilakukan dengan seksama dan penuh pertimbangan,
jika pengambilan atau pemakaiannya tidak tepat akan menimbulkan rendahnya mutu
hasil produksi, dan akan dapat menimbulkan cepatnya rusak mata potong pahat.
Oleh karena itu bagaimana cara mengetahui pengambilan atau menentukan harga
kecepatan potong, kecepatan putaran, dan feeding
penting diketahui oleh seorang operator mesin bubut.
1. Kecepatan Potong (Cutting Speed)
“Yang dimaksud dengan kecepatan potong
(CS) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal
dalam satuan panjang per waktu (m/menit atau feet/menit). Pada gerak putar
seperti mesin bubut, kecepatan potong (CS) adalah keliling kali putaran atau π. d. n; dimana d adalah
diameter benda kerja dalam satuan milimeter dan n adalah kecepatan putaran
benda kerja dalam satuan putaran/menit (rpm)” (Wirawan Sumbodo, 2008:260).
Dalam menentukan harga kecepatan
potong yang akan dipakai dalam penyayatan suatu benda, mestilah
mempertimbangkan beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
a.
Jenis material pahat bubut
b.
Jenis material benda kerja
c.
Ukuran dan kondisi mesin bubut
d.
Kecepatan pemakanan (pekerjaan kasar atau finishing)
e.
Dalamnya pemotongan
f.
Penyayatan menggunakan cairan pendingin
atau tidak.
Berdasarkan pertimbangan
di atas, pada tabel diberikan harga
kecepatan potong yang dianjurkan untuk membubut berbagai macam jenis material
bahan benda kerja dengan menggunakan pahat bubut HSS.
Tabel 1 . Harga cutting speed dan m/menit
Jenis
Bahan
|
Harga Kecepatan Potong
Dalam m/menit
|
Aluminium
|
100-300
|
Kuningan
|
45-90
|
Perunggu
|
15-21
|
Besi tuang
|
18-25
|
Baja carbon sedang
|
20-30
|
Baja keras
|
12-18
|
(Sumber: Suarman Makhzu, 2013:66)
2. Kecepatan Putaran (Spindle Speed)
Kecepatan putaran (Spindle Speed) merupakan banyaknya
putaran gerakan spindle utama
berputar dalam satu menit. Pemakaian kecepatan putaran yang tepat pada proses
pembubutan akan memperpanjang umur pahat dan meningkatkan efisiensi pembubutan.
Untuk menentukan harga kecepatan putaran mesin tergantung pada meterial pahat,
benda kerja dan diameter benda kerja. Cara menentukan kecepatan putaran mesin
bubut dapat digunakan persamaan berikut:
a. Kecepatan
putaran mesin jika benda kerja dalam satuan inchi
Kecepatan
potong pahat dalam hal ini diambil dalam satuan ft/mnt. Maka kecepatan putaran
mesin bubut adalah:
Keterangan:
n = Putaran mesin bubut
(Rpm)
Cs = Kecepatan potong
(ft/mnt)
D = Diameter rata-rata
benda kerja (inchi)
b. Kecepatan
putaran mesin jika benda kerja dalam satuan milimeter
Dalam
hal ini kecepatan potong diambil dalam satuan m/mnt. Maka kecepatan putaran
mesin bubut adalah:
Keterangan:
n = Putaran mesin (Rpm)
Cs = Kecepatan potong
(m/mnt)
D = Diameter rata-rata
benda kerja (mm)
1000 = Penyamaan satuan m
ke mm
(Sumber. Yufrizal.A,
1993:56)
3. Kecepatan Laju Pemakanan (Feeding)
Yufrizal. A, (1993) “Kecepatan laju
pemakanan (feeding) adalah jarak yang
ditempuh oleh ujung mata potong pahat menyayat benda kerja bergerak
longitudinal sepanjang bed setiap putaran mesin”.
Didalam prakteknya pemakaian feeding dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu sebagai berikut:
a.
Feeding
secara manual (Manual Feed)
Pemakaian
feeding secara manual dilakukan
dengan cara memutar handel penggerak eretan secara manual. Oleh karena itu,
dalam menentukan kecepatan laju feeding
ini, cepat atau lambatnya tergantung pada pertimbangan operator. Pada umunya
pemakaian manual feed ini dilakukan
pada pekerjaan pendahuluan atau pemakaian kasar.
b.
Feeding
secara otomatis (Otomatis Speed)
Otomatis
feed adalah gerak laju pemakanan
pahat dalam menyayat benda kerja bergerak secara otomatis (gerakan eretan mesin
berasal dari gerak putar motor mesin yang ditransmisikan melalui sabuk, roda
gigi, dan sumbu transportiur ke
eretan. Dengan demikian bertambah besar putaran mesin, maka kecepatan feeding juga bertambah cepat. Maka dari
itu pengukuran feeding dinyatakan
dalam satuan feet/putaran (ft/rev) atau mm/putaran (mm/rev). Harga feeding juga dapat diambil dalam satuan
feet/menit (in atau mm/mnt) dengan cara ft/rev x rpm.
Dalam penentukan
harga feeding yang tepat tidak ada persamaan atau formulanya. Pada setiap mesin
biasanya terdapat tabel harga feeding
yang bisa digunakan pada mesin tersebut. Untuk menentukan harga feeding yang akan di pakai harus
mempertimbangkan antara lain, dalamnya pemotongan, kecepatan putaran, jenis
material pahat dan benda kerja serta kondisi mesin.
Gambar
4. Gerak Makan (f) dan Dalam Pemotongan (a)
(Sumber: Widarto,dkk, 2008: 154)
a
= 5 . f
Keterangan:
a
= tebal penyayatan
f
= feeding (mm/mnt)
4. Dalam Pemotongan (Depth Of Cut)
John L. Feirer dalam Yufrizal.A, 1993
mengatakan dalam pemotongan (Depth Of Cut)
adalah jarak dari dasar pemotongan ke permukaan yang tidak dipotong dari benda
kerja diukur tegak lurus. Dalam pemotongan pada mesin bubut dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
Dc
= Dalam pemotongan
D
= Diameter benda sebelum disayat
d
= Diameter benda setelah disayat
(Sumber.
Yufrizal.A, 1993:58)
B. Proses Pembubutan Poros
Poros
banyak ditemukan dalam berbagai bentuk seperti poros selinderis, poros
bertingkat, poros persegi empat, poros eksentrik dan poros engkol. Bentuk dari
poros tersebut seperti gambar.
Gambar
5. Jenis-jenis Poros
(Sumber:
Suarman Makhzu.2013:57)
Pembubutan
poros menghendaki pekerjaan pembubutan yang teliti, karena harus berpasangan
dengan komponen lain seperti bantalan. Pembubutan poros adalah proses
pembubutan dimana gerakan laju penyayat berlangsung sejajar dengan sumbu
putaran (sumbu utama). Sehingga mengakibatkan terjadinya penyayatan pada bidang
permukaan luar benda kerja. Kedalaman tusukan/ potong ditentukan oleh
penyetelan tegak lurus pahat terhadap sumbu perputaran. Gerakan (H) merupakan gerakan
utama benda kerja terhadap sumbu perputaran, gerakan (V) merupakan gerakan laju
pahat penyayat terhadap benda kerja, (L) merupakan panjang pembubutan atau panjang benda kerja yang akan
dibubut, (d) merupakan garis tengah benda kerja.
Gambar 6. Gerakan Pada
Pembubutan Memanjang
(Sumber: Alois Schonmetz,1985 : 92)
Keterangan gambar:
H…..gerakan utama
V…..gerakan laju
L…..panjang pembubutan
d…..garis tengah benda kerja
Pahat yang digunakan pada proses pembubutan
memanjang ini adalah pahat rata kiri
ataupun kanan. Sehingga permukaan yang dihasikan benar-benar lurus dan tidak
berigi ataupun berbentuk kerucut.
C. Teknik Penjepitan Benda Kerja
Alat bantu penjepitan benda kerja dalam proses
pembubutan sangat dibutuhkan, karena berguna untuk menopang benda kerja yang
akan dilakukan penyayatan. Maka dengan adanya alat bantu tersebut diharapkan
benda kerja dapat tertumpu dengan baik, tidak melentur dan putaranya sentris.
Gambar 7. Teknik Memegang
Benda Kerja
(sumber: Suarman Makhzu,2013:56)
Belum ada Komentar untuk "Parameter Pemotongan Mesin Bubut, Proses Pembubutan Poros dan Teknik Penjepitan Benda Kerja"
Posting Komentar